UN1X PROJECT - Indonesia adalah negeri yang 'luar biasa' dalam segala hal. Namun hati ini miris jika melihat keadaan negeri ini sekarang. Mari kita merenung sejenak apa yang terjadi di negeri kita tercinta Indonesia:
Fenomena ini biasa kita lihat ketika kesenjangan sosial semakin terasa. Orang-orang kaya semakin berebut kekuasaan, rakus akan harta dan menghalalkan segala cara untuk meraih keuntungan sebesar-besar. Namun, orang-orang miskin tak berdaya, semakin dibodoh-bodohi hingga tidak sedikit yang hanya menerima nasibnya begitu saja tanpa ada usaha memperbaiki taraf kehidupannya.
Harga beras bahan pangan impor seperti beras, gula, dan kedelai yang relatif murah memicu pasar untuk mengimpor bahan pangan tersebut daripada membeli dari petani lokal yang harganya sedikit lebih tinggi. Dengan demikian, petani kita semakin terpuruk karena hasil panen mereka dibeli dengan harga murah oleh Bulog. Sebtenarnya, bila kita kaji lebih jauh, para pengimpor beras tidak juga sepenuhnya salah, karena mereka juga memikirkan biaya impor melalui pelabuhan internasional lebih murah daripada membeli dari petani lokal yang berada di luar pulau jawa dengan ongkos pengiriman yang "berlipat".
Namun, pemerintah melalui perum Bulog seharusnya cepat mengantisipasi keaadaan ini karena 60% penduduk Indonesia hanya terdapat di pulau jawa yang notabene memerlukan distribusi pangan yang stabil, sedangkan untuk selain pulau jawa, kondisi ketahanan pangan lebih terjamin bahkan bisa menghasilkan surplus. Selain beberapa kondisi di atas, pengalih fungsi lahan menjadi bangunan juga memperburuk kondisi ketersediaan bahan pangan dan cuaca yang buruk serta pengendalian hama yang kurang efektif juga memberikan andil dalam tidak suksesnya swasembada beras di Indonesia.
Ancaman bajak laut, perompak, dan pencuri ikan marak di perairan Indonesia terutama di sekitar selat malaka. Selain itu, penyelundupan barang maupun orang juga marak serta pencuri pasir laut juga merajalela dengan mengeruk pasir yang akan dijual untuk negara tetangga. Dengan luas lautan yang lebih dari setengah wilayah Indonesia ini, kemampuan TNI-AL juga terbatas, sehingga Indonesia dianggap "lemah" dan menjadi jalur utama penyelundupan dan perdagangan manusia melalui jalur laut.
Masing-masing propinsi sendiri memiliki ratusan adat istiadat dan kebudayaan sehingga pendataan mengenai adat dan kebudayaan ini semakin sulit dan diperparah dengan memudarnya rasa ingin melestarikan budaya lokal dengan penduduk Indonesia lebih condong ke budayaglobal. Pengaruh budaya luar melalui multimedia seakan hampir tiada "penyaring"nya, sehingga dengan mudahnya generasi muda melupakan adat dan budaya asli mereka sendiri. Bayangkan saja, orang asing dari berbagai negara mulai mempelajari budaya Indonesia dan tidak sedikit dari mereka yang "jatuh cinta" dan akhirnya mengajukan diri sebagai warga Indonesia demi lebih mendalami budaya yang ia pelajari, hal ini berbanding terbalik dengan generasi muda kita yang cenderung lebih memilih mengikuti budaya global daripada melestarikan budaya asli mereka sendiri.
Tawuran antar warga semakin sering terjadi, tawuran antar pelajar sudah memakan korban jiwa yang tidak sedikit. Kemanakah sikap orang Indonesia yang ramah dan menjunjung tinggi toleransi? Apakah hanya menjadi "kedok" untuk wisatawan agar tetap mengunjungi Indonesia? Jangankan antar desa, kini antar sekolah pun tawuran semakin sering terjadi. Dengan berdalih "menjaga nama baik sekolah", para pelajar rela tassekolahnya penuh dengan senjata tajam daripada mengisi tas sekolah mereka dengan buku pelajaran.
Dengan kurikulum di Indonesia yang menuntut siswa untuk menguasai hampir seluruh mata pelajaran yang diajarkan di sekolahnya, membuat otak orang Indonesia sungguh "penuh". Bahkan tidak sedikit yang sukses dan benar-benar menguasai semua mata pelajaran tersebut yang dibuktikan banyak yang memiliki nilai UN yang sempurna. Bagi jalur "informal", orang "pintar" semakin banyak walau diawali datangnya "wangsit". Ketika ia sudah dianggap bisa menyembuhkan orang sakit, maka orang lebih percaya kepada orang "pintar" ini daripada berobat ke rumah sakit atau puskesmas.
Pendataan pulau pun masih berlanjut hingga sekarang, namun entah kenapa pulau-pulauIndonesia masuk dalam daftar "for sell" atau "for rent" di situs-situs web luar negeri. Kita tidak tahu apakah pemerintah memang sengaja menutup-nutupi masalah ini dengan alasan untuk mengawasi pulau-pulau terluarIndonesia harus dibiayai cukup tinggi. Namun, kemana semua uang pajak yang kita bayar selama ini?
Ini sudah menjadi rahasia umum dalam penerimaan pegawai negeri sipil di lingkungan pemerintahan. Walau penerimaan dilakukan secara serentak (syukur-syukur diumumkan secara terbuka), namun hasil ujian dan pengumumannya tetap secara "tertutup". Perusahaan swasta saja kini beramai-ramai membuka peluang kerja bagi masyarakat di Indonesia dengan aktif dalam "job fair" yang sering diadakan di berbagai kesempatan, namun sebaliknya untuk Instansi pemerintah, hanya sedikit yang mauberbagi informasinya mengenai penerimaan pegawai di lingkungannya tersebut.
Ini juga sudah membuat kita gerah juga. Koruptor kelas kakap bisa bebas di pengadilan, walaupun dipenjara, hukumannya juga tidak terlaluberat, ditambah dengan remisi, dan fasilitas berlimpah di dalam LP. Sedangkan rakyat jelata, bila ia terbukti bersalah, maka ia dihukum seberat-beratnya ditambah denda yang menggunung. Hakim-hakim pun kini banyak yang tertangkap basah menerima suap agar memenangkan sebuah perkara korupsi atau perkaralainnya. Maka tidak salah hakim itu dikonotasikan negatif dengan kepanjangan Hubungi Aku Kalau Ingin Menang.
Gelar pahlawan itu cuma hanya simbolik sekarang. Banyak gelar pahlawan nasional itu diperebutkan oleh mantan penguasa negeri ini, namun sejatinya pahlawan nasional itu lebih pantas diberikan kepadapara veteran perang yang hidup terlunta-lunta, para pemulung jujur, dan guruyang mengabdikan diri di pedalaman demi memajukan pendidikan Indonesia.
Demikian secuil renungan tentang negeri kita tercinta, semoga dapat menggugah dan membuka wawasan kita semua.
Posting Komentar